Pekalongan - Alunan musik dangdut tempo dulu sayup terdengar dari sebuah tape compo model kapsul produksi era 2000-an awal. Suara penyanyi yang jelas tak asing bagi telinga kami pun terasa begitu akrab mengiringi kegembiraan kami yang tengah menyambut datangnya tahun 2013.
Tak ada acara khusus memang dalam menyambut datangnya tahun baru itu. Tidak ada pesta pora, tidak ada kembang api, tidak ada konser musik, bahkan tidak ada sambutan-sambutan dari sejumlah pejabat yang biasanya nongol saat jarum jam menunjuk pukul 00.00 tepat. Yang ada, kami berkumpul. Saling berbagi sukacita dan berbagi cerita.
Tetapi bagi kami, warga kelurahan Landungsari Gg. 19 RT 2/RW. 6 Pekalongan, makna berkumpul itu lebih dari segalanya. Setidaknya, dengan berkumpul kami bisa lebih saling mengenal, saling memahami.
Di tengah-tengah kami yang tengah bercengkerama itu, rupanya kami pun digoda dengan aroma ikan bakar. Ya, selain berkumpul kami memang tengah melakukan kegiatan bersama dalam menyambut hari baru itu. Bakar ikan. Kaum hawa merajang bumbu dan menanak nasi. Sedangkan kaum adam menyiapkan ikan sampai membakar ikan. Semua orang, warga kampung Landungsari Gg. 19 RT. 2/RW. 6 Pekalongan berkumpul di tengah jalanan kampung yang lebar ruas jalannya hanya sekitar 2,5 meter itu. Dari anak-anak sampai orang tua, semuanya ikut terlibat dalam aksi bakar ikan.
Tepat pukul 00.00, yang menandai pergantian tahun itu, semua ikan pun selesai dibakar. Kami yang berkumpul pun menyantap ikan-ikan bakar itu sembari menikmati tebaran kembang api di langit. Tentu, itu bukan kembang api kami, karena memang kami tak menyalakan kembang api.
Begitu akrabnya kami, sampai-sampai ada yang lupa punya utang atau menghutangi tetangga.
“Untuk menyelenggarakan kegiatan sederhana ini, kami mengiur. Tidak wajib memang, dan tidak ada paksaan. Siapapun boleh ikut mengiur atau tidak mengiur,” ungkap Mugiri koordinator acara bakar ikan itu.
Nasi ikan bakar yang terhidang pun rupanya tidak hanya menjadi hak bagi yang berkumpul.
Setiap keluarga mendapatkan jatah sesuai jumlah anggota keluarga masing-masing. “Intinya, kami ingin merasakan makan enak dalam waktu setahun ini bersama-sama. Tidak ada beda antarwarga. Kaya miskin sama,” ujar Mugiri.
Sementara itu, menurut ketua RW 6 Kelurahan Landungsari Kota Pekalongan, Ribut Achwandi kegiatan ini dilakukan secara spontan. Tidak ada rencana yang muluk-muluk sebelumnya. “Yang penting itu kumpul. Soal ada atau tidak ada pesta pora yang mewah, bagi kami bukan masalah.
Dan ini sekaligus salah satu cara kami mematuhi fatwa MUI yang menganjurkan agar umat muslim tidak berlebihan dalam menyambut tahun baru. Karena memang mayoritas warga saya beragama Islam. Dan pada hakikatnya, kegiatan semacam ini perlu diapresiasi dengan baik. Sebab, prinsip dari kegiatan ini adalah silaturahmi, bukan pesta.
Dan memang, tidak ada acara khusus. Tidak ada rangkaian pidato sambutan secara formal. Karena kami selalu menerapkan prinsip tidak ada perbedaan status sosial di tengah-tengah masyarakat saat berkumpul. Bisa dibilang, inilah cara kami rukun dan guyub,” tukas Ribut Achwandi.(RA/RIMA)
refrensi: http://www.rimanews.com/read/20130101/86834/sambut-tahun-baru-dengan-semangat-silaturahmi
9 out of 10 based on 10 ratings. 9 user reviews.